Food Culture

Potensi Sangga Buwana sebagai Makanan Siap Saji yang Sehat

Salam food explorer!

Tim saya (Marcellus Arnold, Rio Lawandra, Yolanda Victoria Rajagukguk, Tri Oktaviani, Emely) per tanggal 9 Desember 2016 lalu telah mengajukan manuskrip artikel jurnal kami yang berjudul POTENSI “SANGGA BUWANA”, MAKANAN ASLI PENINGGALAN KERATON YOGYAKARTA, SEBAGAI MAKANAN SIAP SAJI YANG SEHAT ke Jurnal Nutri Sains: Jurnal Ilmiah Gizi, Pangan, dan Aplikasinya.

capture-bukti-nutri-sains
Pengajuan manuskrip jurnal ke Jurnal Nutri-Sains (9 Desember 2016)

Jurnal Nutri-Sains merupakan jurnal penelitian ilmiah mengenai gizi, pangan, dan aplikasinya yang dipublikasikan oleh Program Studi Gizi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Ruang lingkup dan menjadi fokus jurnal ini adalah gizi terkait dengan aspek biokimia, gizi klinik, gizi masyarakat, pangan fungsional, aspek kehalalan pangan, dan sosial ekonomi serta regulasi dan informasi gizi dan pangan. Akses ke Jurnal Nutri-Sains dapat melalui website: http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nutri-Sains/index.

Berikut adalah abstrak dari hasil penelitian atau studi literatur kami:

ABSTRAK

Sangga Buwana merupakan makanan hasil akulturasi budaya lokal dengan budaya Eropa dan Asia yang hadir di Keraton Yogyakarta sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Makanan ini merupakan simbol pengakuan manusia atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Komposisi bahan makanan penyusun dan cara penyajian Sangga Buwana cenderung mirip dengan burger. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi Sangga Buwana sebagai makanan cepat saji yang lebih sehat dari burger. Selain itu, dalam penelitian ini juga diteliti potensi pemanfaatan pangan lokal berupa tepung sukun (Artocorpus altilis) sebagai substitusi bahan baku tepung terigu sebagai bahan penyusun kue sus. Penelitian dilakukan lewat studi literatur dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sangga Buwana berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai makanan cepat saji yang sehat karena kaya serat, tinggi mineral, dan lebih rendah lemak daripada tepung terigu. Tepung sukun juga bisa mensubsitusi secara parsial peran tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan kue sus.

Kata kunci: Keraton Yogyakarta, Sangga Buwana, Tepung Sukun

=====================================================

Pada tanggal 19 Desember 2016 lalu, surat resmi yang menunjukkan bahwa manuskrip kami sedang diperiksa oleh tim editor/redaksi dikirimkan melalui email. Berikut contoh suratnya:

captureassad
Surat penerimaan naskah artikel ketim redaksi Jurnal Nutri-Sains (akan diproses lebih lanjut oleh tim redaksi)

Proses selanjutnya adalah menunggu koreksi atau saran dari pihak editor kepada tim saya untuk melakukan perbaikan. Demikian informasi dari saya, apabila teman-teman ingin apply manuskrip teman-teman mengenai gizi juga bisa diajukan di Jurnal Nutri-Sains ini.

Terima kasih,

Salam food explorer!

Food Culture

Sangga Buwana Juara Terbaik Lomba Submit Data #NusaKuliner, Sobat Budaya

Salam food explorer! Ada berita baik nih!

Masih ingat dengan lomba submit data #NusaKuliner?? Lomba mengenai cerita dibalik makanan tradisional, di mana tim saya memilih untuk mengikuti lomba tersebut dengan cerita makanan tradisional Sangga Buwana, kue sus kesukaan Sri Sultan Hamengkubuwana 8, dari Yogyakarta.

Yap puji Tuhan, tim saya akhirnya meraih juara terbaik lomba submit data. Berikut adalah pengumuman yang diumumkan oleh Instagram @sobatbudaya

captureaaaa

Senang rasanya bisa turut melestarikan dan memperkenalkan makanan tradisional Yogyakarta, Sangga Buwana ini kepada teman-teman di seluruh nusantara ini. Jika teman-teman ingin membaca hasil tulisan kami, teman-teman bisa membuka link berikut ini: Link Sangga Buwana-Lomba Sobat Budaya

Teman-teman yang ingin ikut serta sharing mengenai makanan tradisional Indonesia, bisa juga submit data budaya di budaya-indonesia.org. Yuk kita lestarikan budaya Indonesia bersama-sama agar tidak direbut oleh negara lain 🙂

Salam food explorer!

Food Culture

Sangga Buwana is on Youtube! (Vlog)

Halo semuanya!

Seperti yang telah saya janjikan di post-post sebelumnya mengenai Sangga Buwana, saya akhirnya telah mmengunggah video tentang sejarah/cerita dan cara pembuatan Sangga Buwana. Buat teman-teman yang ingin menyaksikannya, boleh teman-teman buka pada link berikut ini:

Atau lihat langsung di Youtube: Link Video Sangga Buwana

Dari sini, kalian bisa belajar dan mencoba makanan khas keraton yang satu ini. Jangan lupa untuk like dan share ya! Save Tranditional Food from Indonesia!

Berikut ringkasan Resep Sangga Buwana (Songgo Buwono):

Bahan pembuatan kue sus (5 porsi):

  • 125 gram air matang
  • 50 gram margarin
  • 100 gram tepung terigu protein sedang
  • 125 gram telur ayam (± 2 butir telur ayam), dikocok

Bahan pembuatan rogut daging ayam (5 porsi):

  • 120 gram daging ayam fillet
  • 500 mL air matang
  • 1 butir telur kocok
  • 2 siung bawang putih cincang halus
  • 2 sdm gula pasir
  • 2 sdm garam
  • 125 mL susu full cream
  • 20 gram tepung terigu protein sedang
  • Minyak goreng

Bahan tambahan lain yang perlu disiapkan:

  • 3 butir telur ayam rebus, potong setengah
  • Mayones
  • Acar timun
  • 5 lembar daun selada

Proses pembuatan kue sus Sangga Buwana (5 porsi):

  1. Rebus air dan margarin dengan api kecil hingga margarin meleleh seluruhnya.
  2. Masukkan tepung terigu dan matikan api. Aduk sampai menjadi adonan.
  3. Tunggu adonan sampai dingin.
  4. Masukkan 2 butir telur ayam kocok ke dalam adonan secara perlahan sambil diaduk rata.
  5. Panaskan oven dengan suhu 180oC (sumber panas atas dan bawah).
  6. Oleskan margarin secukupnya pada loyang atau bisa juga dengan menggunakan kertas minyak/kertas roti.
  7. Bentuk adonan kue sus di atas loyang (5 porsi)
  8. Panggang selama 60 menit.

Proses pembuatan rogut daging ayam (5 porsi):

  1. Rebus daging ayam fillet dengan air matang.
  2. Tiriskan daging ayam fillet yang sudah direbus, kemudian suwir daging ayam tersebut dengan garpu dan pisau.
  3. Tumis bawang putih cincang dengan minyak goreng.
  4. Tambahkan daging ayam suwir.
  5. Tambahkan telur ayam yang sudah dikocok.
  6. Tambahkan susu dan tepung terigu.
  7. Tambahkan garam dan gula.
  8. Tunggu hingga bumbu meresap.

Yuk langsung aja dicoba buat di rumah!!! Semoga bermanfaat

Salam food explorer!

Food Culture

Memperkenalkan Sangga Buwana melalui Perpustakaan Digital Budaya Indonesia dan Berjualan

Salam food explorer!

Hari ini saya mau share tentang pengalaman saya dalam memperkenalkan salah satu makanan tradisional dari Yogyakarta, Sangga Buwana. Bagi teman-teman yang belum tahu apa itu Sangga Buwana, bisa baca-baca lagi di sini. Sejauh ini ada dua cara yang saya dan rekan sekelompok saya lakukan dalam memperkenalkan Sangga Buwana ini. Pertama adalah dengan berjualan makanan Sangga Buwana. Kedua adalah dengan submit data di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia.

1. Memperkenalkan Sangga Buwana dengan Berjualan

Senang rasanya bisa membuat makanan tradisional Sangga Buwana ini dengan tangan kami sendiri. Setelah berulang kali uji coba, akhirnya kami berhasil membuat kue sus yang mengembang, dan juga ragut daging ayam yang lezat. Karena kami sudah yakin dengan resep yang kami buat, maka kami pun siap untuk memperkenalkan makanan Sangga Buwana ini ke teman-teman semua.

Karena Sangga Buwana ini sifatnya tidak tahan lama, maka kami tawarkan sistem Pre-Order sehingga tidak ada makanan yang tidak laku nantinya. Kami membuat broadcast di media-media sosial seperti facebook, instagram, dan Line disertai dengan poster. Kami berusaha menjual cerita dibalik Sangga Buwana ini, bukan hanya sekadar berjualan kue sus Sangga Buwana. Dalam poster yang kami buat, kami cantumkan makna dari setiap bahan yang digunakan dalam membuat Sangga Buwana dan juga memperkenalkan bahwa Sangga Buwana ini adalah makanan kesukaan Sultan Hamengkubuwono. Selain itu juga di kemasan yang diberikan kepada pembeli juga kami berikan stiker mengenai makna Sangga Buwana ini.

Sangga Buwana ini kami jual dengan harga 15.000 Rupiah saja :). Senang rasanya bisa memperkenalkan makanan sultan yang satu ini. Puji Tuhan para pembeli pun senang dengan keunikan dari Sangga Buwana ini.

This slideshow requires JavaScript.

2. Submit Data di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia

Kebetulan sekali, ternyata ada Lomba Resep Kuliner Tradisional yang merupakan pre-event dari Launching Peta Kuliner Nusantara (Lengkuas) yang dipersembahkan oleh Sobat Budaya pada tanggal 16-22 November 2016. Berikut adalah posternya.

poster_3583

Lomba ini terdiri atas 3 jenis lomba. Pertama adalah memasukkan foto makanan tradisional ke Instagram, kedua adalah membuat vlog berdurasi maks. 3 menit, dan ketiga adalah submit data budaya di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia (budaya-indonesia.org). Peserta hanya boleh mengikuti salah satu dari 3 lomba yang disediakan. Sebenarnya kami cukup siap mengikuti 3 jenis lomba tersebut. Namun karena pertimbangan bahwa videonya belum jadi, dan foto instagram yang terlalu mainstream, akhirnya kami memilih submit data budaya di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia (budaya-indonesia.org).

capture

Di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia ini, berisi tentang berbagai macam data-data budaya Indonesia. Tidak hanya makanan, melainkan hampir semua hal yang berhubungan dengan budaya Indonesia. Ada tentang cerita rakyat, permainan tradisional, ritual, seni pertunjukan, tarian, senjata dan alat perang, dan masih banyak lagi. Pada lomba ini, Sobat Budaya mengajak anak-anak Indonesia untuk peduli terhadap budaya Indonesia yang belakangan ini kurang diperhatikan sehingga banyak diklaim oleh negara lain. Misalnya Reog Ponorogo dan Batik yang sudah sempat diklaim milik negara tetangga. Dengan menambah data di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, diharapkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang saya sebutkan tadi tidak terjadi lagi. Di sini saya dan rekan sekelompok saya bisa sharing tentang makanan tradisional dari Yogyakarta, yaitu Sangga Buwana. Teman-teman boleh melihat tulisan kami di sini. Ya, doakan saja supaya kami juga syukur-syukur juga bisa menang lombanya hahahaha.

aaaaaaa
Sangga Buwana di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia!!!

Link tulisan kami dapat dilihati di link ini:
Sangga Buwana – Makanan Priyayi dari Keraton Yogyakarta

Jadi teman-teman yang tertarik juga dengan submit data budaya di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia ini, bisa langsung daftar di budaya-indonesia.org, dan silakan teman-teman masukkan naskah yang teman-teman miliki. Yuk kita perkaya dan pertahankan budaya Indonesia agar tidak direbut negara lain :).

Sekian cerita dari saya, ditunggu ya post selanjutnya!

Salam food explorer!

Food Culture

Berkunjung ke FIB, Universitas Indonesia demi Sangga Buwana

Salam Food Explorer!

Setelah melewati UTS yang melelahkan seperti biasanya, tugas masih belum selesai. Beberapa hari lalu, tepatnya 25 Oktober 2016, saya bersama dengan rekan-rekan saya satu kelompok, ada Yolanda, Rio, Vivi, dan Emely, akan berkunjung ke Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok (FIB-UI) untuk bertemu dengan salah satu narasumber, yaitu bapak Prapto Yuwono (dosen di Prodi Jawa, FIB-UI). Kami akan bertanya-tanya tentang kehidupan zaman Sultan Hamengkubuwana VII, di mana makanan sangga buwana mulai ada. By the way, kalian sudah baca postingan saya tentang Sangga Buwana atau Songgo Buwono bukan? Kalau belum, klik di sini ya.

Well, saat ini saya mau cerita dulu bagaimana saya bisa mendapatkan narasumber. Mungkin dapat berguna buat teman-teman yang mendapatkan tugas untuk wawancara tentang kebudayaan.

Saya sudah mulai menghubungi FIB-UI sejak bulan September 2016 lalu melalui nomor telepon yang tertera di website fib.ui.ac.id dengan tujuan untuk mencari narasumber yang mengerti tentang kebudayaan Jawa, khususnya Yogyakarta. Saya pun dihubungkan dengan Program Studi Jawa. Surat dari Universitas Surya diperlukan untuk mengajukan permohonan pencarian narasumber tersebut. Setelah beberapa minggu, surat pun jadi dan sudah di tanda tangan dekan saya. Langsung saja saya kirim ke Kampus UI Depok dengan menggunakan JNE (1 hari sampai, harga 18rb dari Tangerang).

capture
Surat Pengantar

Dua hari kemudian, saya dihubungi oleh Kaprodi Jawa, FIB-UI, yaitu Ibu Dwi Puspitorini. Beliau memberikan saya nomor Pak Prapto Yuwono, yang merupakan dosen Kebudayaan Jawa, Kebudayaan Indonesia,  di Program Studi Jawa FIB UI yang memahami kebudayaan Yogyakarta. Saya pun menghubungi beliau dan kami bisa datang ke Gedung 2 FIB-UI pada tanggal 25 Oktober 2016.

Ya! Tanggal 25 Oktober 2016 pun datang. Terpaksa hari itu saya dan teman-teman 1 kelompok harus bolos kelas karena harus siap-siap dari pagi untuk berangkat ke FIB-UI. Kami berangkat naik kereta, dari stasiun Rawa Buntu menuju stasiun Universitas Indonesia. Ya, kereta merupakan transportasi yang cukup murah, maklum mahasiswa perlu cari yang murah-murah apalagi tanggal tua haha. Ditambah lagi, ketika sampai di stasiun Universitas Indonesia, ada bus kuning yang siap membawa mahasiswa keliling UI, dari satu fakultas ke fakultas naik. The most important is it is free! yeay! Tak perlu keluar uang lagi untuk pergi ke FIB-UI.

Kampus UI luas sekali, kami salah naik bus kuning, jadi mutarnya agak jauh dan lama. However, yang penting sampai ke FIB UI juga akhirnya. Kami langsung makan siang di kantin sana, dan setelah itu baru bertemu dengan Pak Prapto Yuwono.

Senangnya bisa bertemu dengan beliau, beliau sangat welcome dan terbuka. Beliau bercerita banyak hal mengenai kehidupan zaman Sultan Hamengkubuwana VII, dan sekilas mengenai panggung sangga buwana dan hubungannya dengan makanan sangga buwana. Penasaran seperti apa hasil wawancaranya? tunggu ya, kami akan buat video mengenai sangga buwana nantinya haha.

Setelah wawancara berakhir, kami akhiri dengan pemberian kenang-kenangan dan juga foto bersama. Yap, kami kembali ke stasiun rawa buntu dengan naik kereta lagi, hanya saja kali ini sempit-sempitan karena pulang kerja. Well, demi cost yang murah, kami rela sempit-sempitan hahaha.

This slideshow requires JavaScript.

Sekian cerita dari saya, semoga cerita ini bermanfaat buat teman-teman yang ingin mencari narasumber di FIB UI.

Salam food explorer!