Salam food explorer!
Hari ini saya ingin membahas tentang sejarah atau cerita dibalik tumpeng, setelah beberapa post saya sebelumnya membahas mengenai makanan khas Tionghoa seperti Bacang dan Kue Bulan. Apa sih tumpeng itu? Mungkin beberapa dari kita sudah sering melihat tumpeng, terutama di acara-acara penting. Tumpeng ini berupa nasi (biasanya nasi kuning) yang disusun atau dicetak menyerupai gunung dan dilengkapi dengan lauk pauknya seperti tempe orek, telur dan kentang balado, ayam goreng, dll. Biasanya tumpeng ini dialasi dengan tampah (wadah bambu berbentuk lingkaran lebar) dan juga daun pisang.
Masyarakat Jawa, Bali, dan Madura memiliki kebiasaan untuk menyajikan tumpeng pada acara-acara penting atau syukuran. Namun sampai saat ini, sudah hampir di seluruh nusantara sudah mengenal namanya tumpeng. Tumpeng yang berbentuk menyerupai gunung ini berhubungan dengan kondisi geografis Indonesia yang kaya akan gunung berapi. Selain itu gunung juga diartikan sebagai tempat untuk memuliakan para arwah nenek moyang atau leluhur. Dan ketika Jawa sudah mulai mengenal Hindu, tumpeng ini bentuknya kerucut menyerupai gunung Mahameru, tempat bersemayamnya dewa-dewi.
Tradisi tumpeng, pada perkembangannya, dihubungkan pula dengan filosofi Islam Jawa, tumpeng dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut tradisi Islam Jawa, Tumpeng merupakan akronim dari bahasa Jawa, yakni yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Kemudian ada satu makanan lagi namanya “Buceng”, yang terbuat dari ketan, Buceng merupakan akronim dari yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh). Selain itu, lauknya ada 7 macam, dimana 7 dalam bahasa Jawa adalah Pitu yang maksudnya adalah Pitulungan (pertolongan). Tiga kalimat akronim itu berasal dari sebuah doa dalam surah al Isra’ ayat 80 yang menyatakan: “Ya Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan”. Apabila orang sedang berhajatan dan menyajikan tumpeng, maka dimaksudkan untuk memohon pertolongan kepada Tuhan agar dapat memperoleh kebaikan dan juga dihindarkan dari keburukan, serta memperoleh kemuliaan dengan memberikan pertolongan. Semua itu akan didapatkan apabila ada usaha yang sungguh-sungguh dari diri kita.
Tumpeng bentuknya saat ini sudah bervariasi. Saya berikan contoh tumpeng yang cukup unik pada acara Dies Natalis Surya University (kampus saya) yang ke-2. Berikut adalah tumpeng yang disajikan saat acara syukuran tersebut:
Pada tumpeng ini, ada 8 tumpeng kecil yang mengibaratkan 8 pilar utama Indonesia Jaya yang merupakan visi dari Surya University. Dan juga ditengahnya ada tumpeng dengan logo Surya University. Menarik bukan??
Demikian informasi dari saya mengenai Tumpeng. Semoga bermanfaat!
Salam food explorer!