Food Culture

Ayam Ingkung yang Penuh Makna

Halo food explorer!

Beberapa minggu lalu, saya mengikuti UTS di mata kuliah Budaya Makanan. Ada 1 jenis makanan dari Jawa (Yogyakarta) yang cukup menarik perhatian saya. Makanan ini berupa ayam kampung utuh yang dibumbui dengan berbagai rempah-rempah, kemudian diikat, dan digoreng. Penyajiannya dilakukan biasanya di acara syukuran (memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa). Ya, inilah Ayam Ingkung!

sam_2436
Ayam Ingkung

Seiring berjalannya waktu, ayam ingkung sudah dapat ditemui di restoran-restoran dengan harga kurang lebih 130 ribu rupiah. Kalau kalian ke Yogyakarta, pasti akan menemukan banyak restoran yang menjual makanan ini. Penasaran bagaimana cara membuatnya?

Bahan utama yang digunakan tidak lain dan tidak bukan adalah ayam kampung utuh yang sudah dibersihkan isi perutnya dan juga bulu-bulu serta kukunya. Setelah dibersihkan, ayam kemudian diikat dengan bambu atau “ingkung”, mulai dari kaki sampai ke kepalanya. Setiap ikatan ada maknanya tersendiri. Ikatannya harus rapi yang mengartikan bahwa manusia harus mampu mengendalikan hawa nafsunya. Kaki yang diikat menandakan bahwa kita harus berhati-hati dalam menentukan langkah hidup. Sementara pengikatan kepala ayam menandakan bahwa manusia harus menjaga hati dari godaan-godaan duniawi.

Sementara untuk bumbu rempahnya, yang harus disiapkan adalah serai, ketumbar, kemiri, laos, bawang merah, bawang putih, air perasan kelapa, daun salam, daun jeruk, garam, serta gula jawa. Semua bumbu dihaluskan dengan cara ditumbuk.

Tiba saatnya untuk memulai memasak ayam ingkung. Konon katanya, orang yang masak pun harus dalam keadaan senang. Kalau dalam keadaan sedih/terbebani, ayam ingkungnya bisa jadi kurang sedap katanya hahahaha. Saat memasak, rebus air dan masukkan bumbu-bumbu yang dihaluskan sebelumnya, setelah bumbu dan daun-daun masuk, giliran ayam kampung yang sudah diikat direbus ke dalam. Perebusan dilakukan selama kurang lebih 30 menit sampai 3 jam. Setelah direbus, ayam ditiriskan. Setelah itu bisa disajikan dengan kuah santan dan sego gurih atau nasi gurih.

Untuk selengkapnya mengenai cara masak ayam ingkung, dapat dilihat di video ini

Waaah, jadi penasaran bukan? So, buat teman-teman yang lagi berbahagia, mau syukuran, dan kebetulan lagi di Yogyakarta, jangan lupa ajak keluarga atau teman-teman kalian untuk makan Ayam Ingkung ini ya! Hahaha, dijamin ketagihan!

Sekian dari saya, ditunggu ya postingan selanjutnya 🙂

Food Culture

Cerita Dibalik Moon Cake

Halo food explorer!

Berhubungan dengan adanya festival kue bulan (moon cake festival) yang akan diadakan dalam waktu dekat ini, saya akan menceritakan tentang apa cerita dibalik kue bulan.

Kue bulan (moon cake / tiong ciu pia) merupakan makanan tradisional masyarakat Tonghoa yang biasanya disajikan pada festival moon cake (tanggal 15 bulan 8 dalam kalender Cina). Kue ini berbentuk  bulat, seperti namanya yang berbentuk seperti bulan purnama. Pada hari Tiong Ciu, biasanya orang-orang Tionghoa berkumpul bersama keluarga, melakukan sembayang di halaman terbuka. Setelah sembayang, mereka berkumpul di meja makan dan berkumpul bersama menikmati kue bulan tersebut.

kuebulan
Kue Bulan (Moon Cake)

Kue bulan ini erat kaitannya dengan cerita atau dongeng yang terkenal di Tongkok, yaitutentang “Chang’e terbang ke bulan”. Konon ceritanya, pada zaman dahulu, terdapat 10 matahari di langit yang menyebabkan hasil pertanian dari para petani gagal panen, dan bumi pun, banyak sekali binatang buas yang merajalela seperti ular yang berbisa. Muncullah seorang pahlawan bernama Hou Yi. Hou Yi ini merupakan pemanah yang handal. Pada suatu hari, Hou Yi menaiki gunung Kunlun dan dengan berani memanah 9 dari 10 marahari di langit, dan memerintahkan satu matahari yang tersisa untuk naik dan turun sesuai dengan jadwalnya.

download
Hou Yi Memanah Matahari

Hou Yi menjadi pahlawan yang sangat dihormati dan dihargai oleh rakyat-rakyatnya. Dia pun juga akhirnya menikahi wanita yang cantik dan sangat baik, yaitu Chang’e. Mereka pun hidup sangat bahagia pada saat itu.

Suatu hari, Hou Yi sempat bertemu dengan Ibusuri Raya Langit, dan diberikan obat yang dapat membuat orang yang meminumnya menjadi dewa, terbang ke langit dan juga menjadi awet muda seumur hidup. Akan tetapi, karena dia sangat mencintai istrinya, dan tidak ingin meningkalkan Chang’e, Hou Yi pun tidak jadi meminumnya. Obat tersebut kemudian disimpan oleh Chang’e.

Salah satu anak buah dari Hou Yi, yaitu Peng Meng, memiliki niat buruk. Dia berencana untuk mencuri obat tersebut. Suatu hari ketika Hou Yi sedang berburu di luar, peng Meng masuk ke kamar Chang’e untuk merebut dan mencuri obat tersebut. Chang’e pun dengan terpaksa meminum obat tersebut agar tidak dicuri oleh Peng Meng. Alhasil, badan Chang’e pun menjadi ringan, dan terbang ke langit. Karena Chang’e sangat kangen dengan suaminya, ia pun terbang kebulan yang merupakan bintang yang paling dekat dengan bumi.

9f731159fbeb49a795efa5c96d22771d
Chang’e terbang ke bulan

Hou Yi sangat sedih dan tertekan akan kepergian istrinya ke langit, akan tetapi Peng Meng pun sudah melarikan diri. Hou Yi melihat ke bulan dan meneriakkan nama istrinya, dan dia melihat ada bayangan yang menyerupai istrinya di bulan yang terang tersebut. Ia mencoba mengejar bulan tersebut tapi gagal.

Hou Yi pun menyerah, namun karena ia sangat rindu dengan Chang’e, dia menaruh meja di halaman belakang rumahnya dan menaruh sesajen untuk istrinya yang tinggal di bulan sambil bersembayang ke bulan. Rakyat sekitar yang mengetahui insiden tersebut pun ikut memberikan sesajen.

Demikian cerita dari asal usul kue bulan. Akan tetapi, ada cerita versi lain mengenai sejarah kue bulan ini, yaitu tentang Zhu Yuan Zhang. Teman-teman bisa melihat lengkapnya di link ini: Cerita Zhu Yuan Zhang dan Kue Bulan

Sekian dari saya, semoga bermanfaat!