Polandia

Kirim uang dari Indonesia ke luar negeri yang paling worth it? Pakai Transfez aja!

Kalau kuliah di luar negeri, salah satu hal yang paling bisa relate adalah ngirim-ngirim uang. Gw saat ini kuliah di Polandia, negara yang mungkin tidak sepopuler negara-negara Eropa lainnya kayak Jerman, Prancis, Belanda, Inggris, dimana ada banyak banget orang Indonesia yang kuliah di sana.

Di tahun 2018 yang lalu, meskipun gw dapat beasiswa penuh di Polandia saat itu, beasiswanya tuh cair sekitar 1 bulan setelah gw sampai. Jadi gw harus punya pegangan uang buat hidup di 1 bulan pertama. Nah dulu tuh gw masih belum familiar dengan aplikasi penukaran mata uang, jadi masih nukar uang cash di money changer. Ditambah lagi mata uang Polandia itu ga terkenal, namanya Polish Złoty (PLN). Jadi gw dulu nukar uang dari Rupiah ke Euro, nah di Polandia tukar lagi uang Euro ke Złoty ini. Rugi banget sih kayak kena ratenya mahal banget.

Di Polandia juga akhir-akhir ini banyak banget yang kuliah tanpa beasiswa. Karena emang di Polandia ini biaya hidup dan pendidikannya terjangkau. Sering banget yang nanya gw atau di IG @mahasiswa.pl, biasanya emak-emak yang anaknya kuliah di Polandia, tentang cara ngirim uang bulanan buat anaknya, termasuk bayar-bayaran uang kuliah. Mereka tentu cari cara kirim uang yang paling terjangkau donk, tapi agak susah karena biasanya semakin banyak yang dikirim, biaya transfer kalo kirim dari bank makin tinggi juga.

Nah gw gamau semua masalah yang gw sebutin di atas terjadi lagi sih buat kalian yang mau kuliah di luar negeri. Sekarang, uda ada aplikasi Transfez namanya. Jadi aplikasi ini tuh cocok banget buat ngirim uang dari Indonesia ke luar negeri (sampai 50 negara!), termasuk yang mata uangnya kurang terkenal kayak Polish Złoty. Dengan begini, kita ga usah nukar uang 2 kali kayak yang gw lakukan dulu.

Yang kayak gini logonya

Sekilas tentang Transfez

Transfez ini ibarat aplikasi atau produk asli Indonesia yang dibuat oleh PT INDO KOALA REMITTANCE. Artinya kalau kalian pakai aplikasi ini, kalian mendukung produk-produk Indonesia loh! Aplikasinya kalian bisa download di Apple atau juga Android, jadi kalau mau kirim-kirim tinggal lewat hape aja ga perlu ke bank lagi. Websitenya pun juga ada kalau kalian lebih nyaman pakai laptop.

Keunggulan Transfez yang gw suka

Jujur, gw paling suka Transfez karena FLAT FEE alias mau kirim berapapun, fee nya dipukul rata. Pukul ratanya tergantung negara, mulai dari 45.000 rupiah, sampai misalnya ke Polandia itu 74.000 rupiah. Udah murah, aman pula, karena sudah dapat perizinan dari Bank Indonesia dan diawasi oleh PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Jadi ga usah khawatir lagi karena aplikasi ini uda terjamin dan dapat diandalkan deh pokoknya. Enaknya lagi, kalian tetep bisa kirim uang kapanpun dan dimanapun, termasuk pas weekend.

Cara kirim uang pakai Transfez (GRATIS 2 kali pengiriman pertama pakai kode referral MAHASISWAPL)

Gw dulu uda pernah nyoba kirim uang dari Indonesia ke Polandia. Kalian bisa tonton videonya di bawah ini:

Dari video di atas, kalian bisa ikutin tutorial yang gw tunjukin. Kalian pas daftar atau sign up, jangan lupa masukin kode referral MAHASISWAPL biar pengiriman kalian GRATIS (2 kali loh!). Jadi mau kirim berapa banyak juga, apalagi kalau orang tua mau kirim uang kuliahan, bisa lebih menguntungkan karena ga kena biaya transfer yang mahal. Kalian juga ga usah khawatir uangnya uda sampai tahap mana, karena di aplikasinya juga sudah ada trackingnya, jadi jelas dan transparan banget.

Buat kalian yang masih bingung atau mau nanya-nanya, bisa banget hubungi Costumer Servicenya Transfez di sini. Ada nomor What’s app nya juga jadi bisa chat langsung dengan CS nya tanpa ribet.

Oke deh, mungkin sekian dulu penjelasan gw tentang cara kirim uang. Semoga bisa bermanfaat buat kalian, terutama kalian yang mau kuliah di luar negeri, entah dengan beasiswa maupun tanpa beasiswa. See you!

Beasiswa, Beasiswa S2, Ignacy Lukasiewicz, Polandia

Mengejar Mimpi dari Korea, Jepang, sampai Polandia Bersama-sama (Ignacy Lukasiewicz Scholarship Program)

Kalau ngomongin cita-cita, banyak banget yang ingin kita capai sejak kecil. Entah jadi astronot, dokter, pengusaha kaya, atau yang lainnya. Gw sendiri punya cita-cita yang berubah-ubah sejak gw kecil. Pas SD gw bercita-cita jadi pilot karena keren aja bisa terbang, tapi sayangnya gw harus berkacamata ketika gw menginjak bangku kelas 7. SMA pun gw ambil IPA, karena gw merasa lebih nyaman di sains dibandingkan ilmu sosial. In the end, gw pun memilih jurusan Teknologi Pangan sebagai jurusan gw kuliah di Surya University, dimana saat gw masuk tahun 2013, gw adalah angkatan pertama Surya University.

Saat gw kuliah, merasa nyaman belajar di bidang Teknologi Pangan ini. Gw suka kerja di laboratorium, jadi gw selalu apply lowongan asisten laboratorium saat gw kuliah, mulai dari semester 4 sampai semester 7. Mulai dari situ, gw merasa cita-cita gw adalah ingin menjadi scientist di bidang teknologi pangan. Kalau berbicara untuk menjadi scientist yang tokcer, sepertinya ga akan cukup dengan S1 saja. In my opinion, gw masih perlu mengasah ilmu gw lagi di bidang ini melalui master program di luar negeri tentunya dengan beasiswa karena ga mungkin gw minta uang orang tua lagi.

Itulah mengapa, melalui blog ini, gw mau cerita tentang bagaimana akhirnya gw bisa dapat beasiswa S2 di Polandia melalui beasiswa Ignacy Lukasiewicz 2018/2019. Gw ga menjalani dan mengejar mimpi ini sendirian. Gw punya partner atau bisa dibilang pacar haha, yang punya mimpi yang sama dengan gw, sama-sama mau jadi scientist. Initialnya YV (ya mungkin beberapa dari kalian sudah tau siapa YV itu). Sejak 2016 lalu kami bersama, banyak sekali hal positif yang bisa kami petik bareng-bareng.

monday_quote

Ada salah satu African Proverb yang menyebutkan: “If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together”. So, I choose to go far, rather than go fast.

Perjalanan mendapatkan beasiswa ini tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Gw sangat percaya, banyak sekali anak muda yang memutuskan untuk mengambil S2 (apalagi di luar negeri) mengingat sudah banyak sekali lulusan S1 saat ini, which means, kita sebagai manusia mau punya hal yang lebih dari pesaing kita, salah satunya mengejar S2. Pernah gw lihat blog orang yang baru mendapat beasiswanya di percobaan pertama, ada juga yang percobaan ke-7, bahkan sampai percobaan ke-13 baru bisa dapat beasiswa S2. Gw dan YV baru dapat beasiswa di percobaan ke-5 dan membutuhkan waktu kurang lebih 1 tahun setelah lulus S1. Mungkin bukan apa-apa dibanding yang sudah gagal berpuluh-puluh kali. Tapi mungkin kalian mau baca cerita gw yang panjang ini, tapi mudah-mudahan menarik.

A. Sebelum mencoba apply beasiswa S2, cicip pengalaman riset di Thailand dulu (2016-2017)

Sejak gw dan YV bersama awal 2016 lalu (tahun ketiga kami di Surya University), kami memutuskan untuk coba ambil skripsi di luar negeri. Kami harus mendapat kepastian dimana penelitian skripsi akan dilaksanakan di awal Desember 2016, dan periode skripsinya Januari-Mei 2017. Paspor saat itu belum ada, tapi kami akhirnya memutuskan untuk membuat per Agustus 2016 meski belum ada kejelasan ke mana dan kapan kita bisa berangkat. Mantan kaprodi kami, Pak Agung, pernah menyebutkan bahwa kalau kita mau ke luar negeri, buat paspor aja dulu. Masalah berangkatnya kapan belakangan.

Sembari proses pembuatan paspor, kami memikirkan dimana tujuan kami mengambil skripsi, yang realistis. Surya University saat itu masih tergolong universitas baru, dan mungkin hubungan eksternal dengan institusi penelitian/pendidikan eksternal masih kalah jauh dibandingkan UI, ITB, atau IPB. Cuma kami sebagai mahasiswa yang optimis (eaaaa), kami tidak mau hal itu jadi batasan. So, kami memutuskan untuk memilih Thailand sebagai negara tujuan. Mengapa? Karena tentunya teknologi pangan di Thailand cukup menonjol khususnya di Asia Tenggara. Ditambah lagi biaya hidupnya yang kurang lebih atau bahkan lebih rendah dari Jakarta atau Tangerang tempat kami tinggal di Indonesia. Jadi kami ga muluk-muluk dapat full scholarship yang mau cover biaya riset dan akomodasi selama tinggal di Thailand. Kami pikir cukup scholarship yang mengcover biaya risetnya aja (riset mahal bro), biarlah biaya hidup kami sendiri yang tanggung. Dipikir-pikir mendingan kayak gitu daripada magang di Indonesia, uda bayar sendiri juga tapi peralatan laboratorium kurang memadai.

Mulailah kami mengontak beberapa profesor dari Kasetsart University, Prince of Songkla University, Chulalongkorn University, dan beberapa universitas lainnya. Kami bertanya apakah ada peluang magang riset untuk periode Januari-Mei 2017? Yang jawab, alias yang minat sama CV kami, hanya ada 1 profesor, beliau dari Kasetsart University. Apalah daya kami ini… Meski berminat, ternyata Kasetsart University perlu MOU (Memorandum of Understanding, semacam agreement antara kedua institusi), dan tentunya Surya University belum pernah membuat MOU dengan Kasetsart. Dengan waktu yang singkat, kami mencoba mendorong dekan dan pihak rektorat untuk membuat MOU. Namun ternyata tidak semudah itu, banyak sekali halangannya yang menyebabkan kesepakatan MOU tidak berjalan semestinya dan hilang tanpa ada kabar lebih lanjut.

Dikala stress belum dapat tempat magang skripsi, keajaiban Tuhan datang 2 bulan sebelum Desember 2016, yaitu Oktober. Ternyata, dosen Manajemen Industri Pangan kami, Pak Dion, sedang ada di Thailand saat itu, tepatnya di Prince of Songkla University (PSU). Beliau bersedia membantu kami untuk rapat dengan pihak PSU agar mahasiswa dari Surya University bisa mengadakan magang riset di sana selama 5 bulan. Yap, akhirnya sekitar November kami mendapat kepastian bahwa 10 orang mahasiswa Teknologi Pangan Surya University diperbolehkan magang riset di Faculty of Food Science and Technology, PSU, Hatyai, Thailand. Sesuai ekspektasi gw dan YV, biaya riset ditanggung 100%, hanya biaya hidup saja yang tidak ditanggung pihak PSU. Gw dan YV bekerja di bawah Prof. Soottawat Benjakul, yang pernah meraih penghargaan The Outstanding Scientist in Thailand 2011.  Kami meneliti tentang biodegradable packaging di sana. FYI, kami sebelumnya sudah pernah kontak beliau by email, cuma waktu itu ga dibalas hahaha.

This slideshow requires JavaScript.

Selain mendapat banyak teman dan keluarga baru di sana, pengalaman riset di Thailand ini menjadi batu loncatan buat gw dan YV mengejar mimpi kami menjadi scientist. Selama magang di Thailand, kami mulai mencari peluang beasiswa S2 di Korea Selatan. Namun kali ini harus full scholarship (mengcover tuition fee dan akomodasi)!

B. Percobaan 1 – Beasiswa University of Science and Technology (UST), Daejeon, Korea Selatan (Fall 2017)

Maret 2017, ketika kami masih menjalani skripsi di Thailand, kami mencoba apply master program di UST (intake Fall 2017). Setelah kami googling, ternyata Korea Selatan menarik juga di bidang teknologi pangannya, meskipun lebih mencolok IT nya. Gw tau beasiswa ini dari cici gw sendiri yang memang salah satu penerima beasiswanya di tahun 2015. Namun sayang, persiapan kami kurang matang saat itu. Kami sudah mencoba mencari profesor di sana namun tidak ada yang membalas. Di sisi lain, pengumuman TOEIC kami yang kami ambil di PSU baru keluar 2 hari setelah deadline aplikasi selesai. Meski sedikit telat, kami tetap mengirim ulang TOEIC kami ke pihak universitas sesaat pengumuman hasil TOEIC keluar. Selain itu, surat rekomendasi harus ada 2 dosen (bahkan harus bergelar profesor). Saat itu hanya surat dari wakil rektor kami, Pak Niki Prastomo, yang berhasil kami dapatkan tepat pada waktunya. Jadi kami hanya mengumpulkan 1 surat rekomendasi dari 2 yang disyaratkan. Pelajaran ini kami ambil untuk percobaan selanjutnya. Untuk hasil seleksinya, ga perlu ditanya lah ya? Tentu kami gagal karena belum siap.

Mencari profesor untuk S2 bisa menjadi kunci penting untuk memperlancar kita diterima di universitas tersebut. Selain itu, pengalaman organisasi dan volunteering juga penting untuk meningkatkan kalian diterima beasiswa, khususnya di luar negeri.

Setelah pengumuman gagal April 2017, gw dan YV pulang ke Indonesia di akhir Mei 2017 dengan membawa skripsi kami dari Thailand. Yap, kami harus sidang skripsi Juni-Juli 2017. Tentu kami akhirnya lulus hahaha. Setelah itu, kami tidak langsung memutuskan untuk bekerja, karena minat kami memang mau S2, menunggu pendaftaran baru  di bulan September 2017. Jadi kami saat itu apply jadi volunteer di beberapa event international, seperti World of Ghibli Jakarta 2017, Country Program Indonesia – Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program 2017, International Business Integrity Conference 2017. Puji Tuhan kami selalu keterima bareng di acara volunteering yang pakai seleksi ini hahahaha.

This slideshow requires JavaScript.

C. Percobaan 2 – Beasiswa University of Science and Technology, Daejeon, Korea Selatan (Spring 2018)

Sambil volunteering, kami mencoba lagi di percobaan kedua, dimana UST buka pendaftaran untuk periode Spring 2018 sejak kurang lebih September 2017. Kami sudah lebih siap dengan surat rekomendasi dari Pak Niki Prastomo dan Prof. Yohanes Surya, rektor kami. Dengan harap-harap cemas kali ini berhasil atau tidak, sedihnya kami gagal lagi saat pengumuman 16 Oktober 2017, tepat 2 hari setelah graduation ceremony perdana di Surya University. Dari sini kami pikir, kayaknya memang UST bukan jalan kami. Kami pun mencoba menunggu pendaftaran Korean Government Scholarship Program 2018 (KGSP 2018) yang dibuka Februari 2018 dan diprediksi akan berangkat ke Korea sekitar Agustus 2018 (kalau berhasil).

Mengingat kami akan menunggu cukup lama, tentu kami ga bisa bertahan hidup hanya dengan volunteering. Kami pun mencoba mencari pengalaman kerja di industri pangan. Setelah 2-3 bulan mencari pekerjaan, akhirnya pacar gw dapat kerja di industri pangan serbuk dan ditempatkan di departemen riset dan pengembangan pada bulan Desember 2017. Sementara gw baru dapat kerja Januari 2018 di bagian produksi di salah satu industri bakery.

D. Percobaan 3 – Beasiswa KGSP 2018 – Kyung Hee University, Korea Selatan (2018)

Fokus kami mulai terbelah-belah saat pendaftaran KGSP 2018 ini buka pada Februari 2018, mengingat harus bertanggung jawab dengan tugas kami di industri, dan juga harus fokus di aplikasi kali ini agar tidak gagal lagi. Beruntunglah ada teman cici gw, namanya Kak Sarah, salah satu penerima KGSP 2015 yang bersedia menjawab dan membimbing kami selama proses aplikasi berlangsung.

Bagi yang belum tau, KGSP ini dibagi menjadi 2 track pendaftaran: a) embassy track, b) university track. Lebih jelasnya coba googling aja kali ya apa bedanya. Intinya gw ama YV memilih university track karena kami sudah dapat calon profesor, Prof. Jong Whan Rhim, yang bersedia menerima kami berdua di lab beliau jika kami keterima KGSP. Mama gw saat itu mau ke Korea untuk menghadiri graduation ceremony cici gw di Daejeon. Sekalian kami titipkan berkas kami ke mama untuk diberikan kepada Prof. Rhim langsung!

IMG-20180219-WA0001
Mama gw uda ketemu Prof. Rhim dong, dan gw cuma bisa baper :”)

Hasil memang tidak mengkhianati usaha, dengan persiapan yang matang dan habis-habisan, secara ajaib gw dan YV lolos tahap 1 KGSP 2018. Lolos tahap 1 disini artinya di Kyung Hee University, hanya ada 20 orang yang keterima dari seluruh applicants yang daftar via university track-Kyung Hee University. Dari 20 itu, yang negaranya sama (sama-sama Indonesia misalnya) hanya maksimal 3 slot. Dan 2 slot dari 3 orang Indonesia di 20 peserta yang lolos itu, ada nyempil 1 pasangan ini hahaha. Such a blessing, meski belum keterima, namun kami senang bukan main, karena selangkah lagi kami bisa S2 di Korea!

Petaka datang pada 30 April 2018, dimana pengumuman tahap kedua KGSP maju lebih cepat 1 hari dari yang seharusnya. Yap, kami gagal di tahap ini dimana hanya ada 11 orang Indonesia yang diterima melalui university track (We’re sorry Prof. Rhim, we did our best!). Bisa jadi karena kami terlalu mirip (dari sisi background riset, pilihan universitas, dan asal universitas). Dari situ kami bener-bener down, nangis, galau karena kami kurang cocok dengan pekerjaan kami saat itu di industri dan di sisi lain ga dapet-dapet beasiswa S2nya. Gw inget 1 Mei 2018, hari buruh, gw kayak hampir ga makan sama skali karena galau maksimal. Juga YV yang stress mikir gimana kelanjutan hidup ini (eaaa).

E. Percobaan 4 dan 5 – MEXT 2018, Jepang, dan Ignacy Lukasiewicz 2018, Polandia

Beruntunglah ada YV yang memang secara mental dia lebih strong daripada gw. 1 Mei itu juga, YV langsung googling dan follow Instagram-instagram yang selalu posting tentang beasiswa, kayak EHEF, sahabat beasiswa, IND beasiswa, dll. Sesaat itu juga ternyata dalam waktu dekat ada 2 beasiswa yang bisa kami kejar karena menerima TOEIC: a) MEXT 2018, Jepang (Deadline 8 Mei 2018); b) Ignacy Lukasiewicz Scholarship, Polandia (Deadline 11 Mei 2018). Eropa mau terima TOEIC? Wow! Kami kejar saat itu juga pokoknya 2-2nya harus apply.

Untuk kemampuan bahasa Inggris, TOEIC lebih murah murah dan cenderung lebih mudah dibandingkan TOEFL iBT dan IELTS. Namun TOEIC hanya diterima di mayoritas Korea Selatan dan Jepang. TOEFL iBT dan IELTS lebih mahal dan sulit, namun diterima di hampir seluruh dunia.

Dengan malu-malu kami kembali ke kampus Surya University untuk meminta lagi surat rekomendasi dadakan dari Pak Niki Prastomo. Terbekatilah beliau karena selalu support kami berdua meskipun kami gagal berkali-kali. Selain itu kami juga harus medical check-up di rumah sakit untuk mendapatkan surat sehat sebagai syarat berkas beasiswa Ignacy Lukasiewicz. Gw ingat waktu itu gw baru pulang kerja malam skali dan paginya harus check up. Untung semuanya baik-baik saja walaupun teler banget.

Dengan jerih payah dan bermodalkan nekat serta berkas-berkas beasiswa yang gagal sebelumnya, akhirnya kami berhasil submit kedua aplikasi beasiswa tersebut tepat pada waktunya.

Gw lupa tepatnya kapan, kalau tidak salah akhir Mei atau awal Juni adalah pengumuman tahap 1 MEXT, dan pertengahan Juni adalah pengumuman tahap 1 Ignacy Lukasiewicz. Terus gw gagal lagi donk di MEXT, sementara YV lolos tahap 1 MEXT (I’m proud!). Untuk Ignacy, puji Tuhan kami berdua lolos tahap 1. Setelah YV tes tahap 2 MEXT, sayang sekali dia gagal. Jadi harapan kami sisa 1, yaitu Ignacy Lukasiewicz yang akan diumumkan siapa awardeenya pada tanggal 14 Agustus 2018.

Sambil berdoa terus menerus, kami menunggu tanggal itu datang. Kami juga memutuskan untuk mengambil TOEFL iBT tanggal 12 Agustus 2018, tepat 2 hari sebelum pengumuman final Ignacy, biar kami bisa apply ke banyak negara apabila kami gagal lagi Ignacy Lukasiewicznya.

Tanggal 14 Agustus 2018 pun datang. Gw ingat saat itu hari Selasa. Gw pas kebagian shift malam produksi. Jadi di pabrik, tepat jam 21.00 WIB (atau jam 16.00 waktu Polandia) pengumuman itu keluar. NOMOR PENDAFTARAN GW DAN PACAR GW ADA DI POSITIVE LIST!!!! Gw ingat nomor gw 223 dan YV 211. Gw ga peduli lagi di pabrik saat itu ada siapa, dan gw teriak sampe orang-orang kaget hahaha.. Kami berdua benar-benar ga percaya kami bisa berangkat bareng ke Polandia untuk S2. Ternyata bukan Asia – Korea atau Jepang, melainkan Eropa – Polandia yang memberikan kami kesempatan!

Capture

Capture2
Dari sini uda tau lah ya jadi YV itu siapa haha

F. Final words

Setelah pengumuman beasiswa itu, kami berdua pun mengundurkan diri baik-baik dari tempat kami bekerja. Puji Tuhan, mereka pun mendukung kami dan menerima alasan pengunduran diri kami yang terkesan sangat mendadak. Kami pun fokus untuk melengkapi berkas visa dan juga legalisasi dokumen karena per tanggal 1 Oktober 2018, perkuliahan sudah dimulai, which means 1,5 bulan saja waktu kami mempersiapkan ini semua.

Semua pun dilancarkan sampai akhirnya kami sampai di Lodz, Polandia, tempat kami belajar Bahasa Polandia dulu 1 tahun sebelum nanti Master Program di tahun 2019.

Inilah cerita gw dan pacar gw mendapatkan beasiswa di Polandia. Tentu ada banyak sekali pihak yang mendukung kami, ada juga yang ragu apakah kami bisa atau tidak berangkat bersama, ada juga yang tidak peduli haha. Namun gw pribadi berterima kasih kepada mereka semua karena secara tidak langsung memicu semangat kami berdua agar bisa berangkat bersama mengejar impian kami bersama-sama. Mohon doanya juga agar kami bisa menjalankan pendidikan kami di Polandia ini dengan baik.

DSC_0607
Indonesian Ignacy Lukasiewicz 2018 Awardees

Ingat, tentukan cita-cita kalian dulu sebelum mengambil S2. Apabila memang perlu, ambillah S2. Apabila tidak perlu, lebih baik mencari pengalaman kerja. S2 bukanlah jalan-jalan, bukan senang-senang, melainkan belajar. Jangan sampai memilih S2 hanya karena mau menghindari dunia kerja, ya! Dan juga selalu ingat Tuhan, tanpa bantuanNya, kita tidak akan bisa. Percayalah, Tuhan selalu memberikan kita jalan yang tepat, mungkin ga sesuai dengan yang kita inginkan, tapi rencanaNya akan selalu lebih baik dari yang kita bayangkan.

WAW inaugural71218_181215_0074
Inauguration Ceremony Ignacy Lukasiewicz 2018

So, choose wisely, your future is in your own hand. Sekian dari gw, terima kasih dan semoga bermanfaat 😊

Ignacy Lukasiewicz, Kedubes, Kemenkumham, Kemenlu, Legalisir, Polandia

Cara Legalisir Dokumen di Kemenkumham (AHU), Kemenlu, dan Kedutaan Besar Polandia (Beasiswa Ignacy Lukasiewicz)

Edit: gw agak jarang buka comment blog. Jika emang mau tanya-tanya bisa contact DM IG gw dan Yolanda: @mahasiswa.pl, thank you. Anyway ada versi videonya juga by mahasiswaPL (bantu subscribe ya hehe) bisa di cek di sini

Hari ini gw mau sharing mengenai pengalaman gw dalam legalisir dokumen di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Gw melakukan legalisir dokumen ini untuk keperluan pendidikan. Jadi, setelah mencoba beberapa beasiswa, akhirnya gw diterima salah satu beasiswa master dari pemerintah Polandia, yaitu Ignacy Lukasiewicz Scholarship Programme. Untuk cerita suka duka gw sampai mendapatkan beasiswa ini akan gw ceritakan di blog selanjutnya ya (atau klik di sini). Di sini gw akan menjelaskan proses legalisir dokumen pentingnya saja mengingat hanya ada waktu singkat untuk menyiapkan ini semua sebelum berangkat ke Polandia. Mungkin sudah banyak sekali panduan-panduan mengenai legalisir ini, namun tetap selalu merasa kurang lengkap dan selalu timbul banyak pertanyaan dalam diri gw sebagai pembaca awam saat itu. Oleh sebab itu gw mau menulis ini, yang tentunya juga ada update-update terbaru mengenai proses legalisirnya. Gw harap gw bisa menyampaikannya sangat-sangat detail, tidak hanya di kulitnya, tapi sampai ke daging, bahkan biji-biji nya LOL.

Ketika kandidat dinyatakan diterima beasiswa Ignacy Lukasiewicz (dan juga beasiswa luar negeri lainnya pada umumnya), dokumen-dokumen pendidikan dan kependudukan seperti ijazah, transkrip nilai, dan akta kelahiran harus dilegalisir di kedutaan besar Polandia di Indonesia (Jakarta) sebelum diserahkan kepada kampus/universitas Polandia dimana kita akan melanjutkan studi. Sebelum legalisir di kedutaan besar, dokumen wajib dilegalisir terlebih dahulu, dimulai dari Kemenkumham, dilanjutkan dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), dan terakhir Kedutaan Besar Polandia (atau kedutaan besar negara bersangkutan). Gw akan menjelaskan tahap demi tahap sesuai dengan yang gw alami.

A. Persiapan dokumen sebelum ke Kemenkumham (Administrasi Hukum Umum – AHU): Menerjemahkan dokumen, cap notaris

Sebelum ke Kemenkumham, hal yang harus dilakukan adalah menerjemahkan dokumen. Dokumen yang perlu diterjemahkan dan akan dilegalisir adalah ijazah SMA, ijazah S1, transkrip nilai S1, dan akta kelahiran. Jadi pihak universitas di luar negeri tentu membutuhkan dokumen dalam bahasa Inggris. Jika dokumen yang kita peroleh di Indonesia berupa bahasa Indonesia, maka perlu sekali untuk diterjemahkan ke bahasa Inggris. Gw sudah punya akta kelahiran yang sudah diterjemahkan sebelumnya (tahun 2017, untuk apply beasiswa juga waktu itu ke Korea, tapi akhirnya gagal), sementara transkrip nilai S1 dan ijazah S1 gw sudah bilingual, alias sudah berbahasa Indonesia sekaligus Inggris dari kampus gw. Jadi gw hanya perlu untuk menerjemahkan ijazah SMA gw yang masih berbahasa Indonesia.

Untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris, tentu tidak bisa sembarangan atau diterjemahkan sendiri oleh kita sebagai orang awam. Ada yang disebut penerjemah tersumpah (sworn translator). Harga yang ditawarkan per halaman per dokumennya bervariasi. Ada yang bisa mencapai lebih dari Rp 100.000, ada juga yang murah yaitu Rp 35.000, tergantung bagaimana pintarnya kita dalam googling dan mencarinya. Setahun yang lalu, di tahun 2017, gw pernah menerjemahkan akta kelahiran gw di salah satu sworn translator yang harganya Rp 75.000/halaman dokumen. Seiring berjalannya waktu dan saking seringnya apply beasiswa, network pun bertambah, sehingga ada salah satu applicant beasiswa Ignacy Lukasiewicz yang menyarankan untuk translate di sworn translator bernama Anang Fahkcrudin, yang harganya hanya Rp. 35.000 per halaman. Mungkin muncul pertanyaan, “lalu apakah ada perbedaan kualitas antara sworn translator yang harganya mahal dan murah?”. Jawaban gw adalah tidak ada perbedaan, yang terpenting adalah kita perlu memastikan apakah sworn translator yang kita pilih benar-benar terdaftar resmi atau tidak (selengkapnya baca blog ini sampai selesai).

Proses menerjemahkan dokumennya cukup mudah, kita hanya perlu email beliau hasil scan dari dokumen yang ingin kita terjemahkan. Kemudian beliau akan merincikan biayanya, dan estimasi selesai dalam waktu kurang lebih 3 hari. Sebelum ditandatangani dan dicap beliau, akan dikirimkan hasil terjemahan ke email kita untuk klarifikasi kalau tidak ada kesalahan penulisan. Apabila kita sudah cek dan benar, kita lakukan pembayaran melalui transfer, dan beliau akan menandatangi dan cap basah dokumen terjemahan tersebut. Hasil hard-copy akan dikirimkan melalui kurir, misalnya TIKI, yang ongkirnya kita tanggung sendiri, atau bisa juga kita datang ke kantornya. Berikut adalah informasi dari sworn translatorAnang Fahkcrudin:

Anang Fahkcrudin
Jalan Kalibata Timur Raya No. 12
JAKARTA SELATAN 12740
Tel: 79198415
Mobile: 0812 909 2306
E-mail: anangf@gmail.com
Harga: Rp 35.000,- / halaman dokumen (update Agustus 2018)
Sumber: https://indonesia.embassy.gov.au/files/jakt/List_of_translators-2019.pdf

*notes: perhatikan juga, karena ada beberapa kedubes yang hanya mau menerima dokumen hasil terjemahan dari sworn translator yang terdaftar di website kedubes terkait. Untuk Polandia, sejauh ini tidak ada, jadi gw bisa pakai jasa dari Pak Anang ini.

Berikut adalah contoh hasil terjemahan ijazah SMA gw oleh Pak Anang Fahkcrudin (depan-belakang, total Rp 70.000 + ongkir tergantung alamat kalian):

Apabila sudah diterjemahkan, ada 2 opsi yang bisa kalian pilih sebelum legalisir di Kemenkumham:

  1. Hard-copy hasil terjemahan dari sworn translator (cap basah, bukan fotokopian), langsung dilegalisir di Kemenkumham/AHU
  2. Hard-copy hasil terjemahan dari sworn translator difotokopi terlebih dahulu. Kemudian hasil fotokopinya dicap basah notaris. Setelah dicap basah notaris, baru dilanjutkan dengan legalisir di Kemenkumham/AHU

Karena hasil terjemahan dokumen gw ingin gw abadikan/simpan, maka sudah terlanjur dilaminating. Alhasil gw memilih opsi kedua, yaitu gw fotokopi, dan hasil fotokopiannya gw minta cap dari notaris terdekat yang menyatakan bahwa dokumen tersebut sesuai dengan aslinya.

Harga cap legalisir dari notaris juga bermacam-macam. Ada yang mencapai Rp 150.000/ dokumen, ada juga yang hanya Rp 10.000/dokumen. Apakah ada bedanya antara notaris mahal dan murah? Gw rasa ga ada, selama mereka terdaftar resmi di Kemenkumham (cek di legalisasi.ahu.go.id) , maka mereka memang notaris resmi yang diakui negara. Prosesnya cukup janjian dengan notaris, lalu bawa dokumen asli baik bahasa Indonesia maupun hasil terjemahan Inggrisnya, serta fotokopiannya yang ingin dilegalisir (notaris juga terkadang menyediakan jasa fotokopi). Karena gw punya kenalan notaris di Alam Sutera, gw dikasih diskon harga yang awalnya Rp 15.000/dokumen, menjadi Rp 10.000/dokumen. Nama notarisnya adalah Charles Hermawan, SH. Di sini gw legalisir 4 dokumen:
1. fotokopi akta kelahiran yang sudah diterjemahkan in English oleh sworn translator
2. fotokopi ijazah SMA (depan-belakang) yang sudah diterjemahkan in English oleh sworn translator
3. fotokopi ijazah S1 terbitan kampus (karena sudah bilingual Indonesian-English)
4. fotokopi transkrip nilai S1 terbitan kampus (karena sudah bilingual Indonesian-English)

notarisDi Pak Charles ini, ada cap legalisir dalam bahasa Inggris juga. Jadi sangat berguna untuk calon mahasiswa yang ingin kuliah di luar negeri. Berikut adalah salah satu contoh hasil legalisirnya:

notaris ijazah

Notes: Dari 4 dokumen yang gw legalisir di notaris, gw lampirkan contoh yang ijazah ya. Di contoh legalisir ijazah di atas, gw menambahkan legalisir dari kampus gw (yang cap biru) dengan tujuan memperkuat saja. Kalau tanpa cap legalisir kampus pun masih sah di mata kemenkumham selama dicap oleh notaris yang terdaftar di Kemenkumham. Jadi cap kampus ini optional. Sekali lagi, mumpung masih sempat ke kampus, jadi minta cap kampus sekalian.

B. Legalisir di Kemenkumham (AHU)

Berdasarkan pengalaman kakak-kakak senior penerima beasiswa Ignacy Lukasiewicz, di tahun-tahun sebelumnya (lama), dibutuhkan dokumen untuk legalisir di Kemenkumham berupa:

– dokumen yang sudah ditranslate beserta fotokopiannya
– dokumen asli
– materai 6 ribu sejumlah dokumen yang akan dilegalisir
– fotokopi KTP
– map warna biru
– surat kuasa (jika dititipkan ke orang lain)
– uang Rp 25.000/dokumen

Namun untuk yang baru (per Agustus 2018), dokumen yang perlu dipersiapkan untuk legalisir di Kemenkumham adalah:

– dokumen yang sudah ditranslate, beserta fotokopian yang harus sudah di cap basah oleh sworn translator atau notaris atau pejabat kampus yang terdaftar di Kemenkumham (akan dibahas lebih lanjut nanti)
– dokumen asli
– KTP asli untuk diperiksa saat masuk gedung Kemenkumham
– map
– uang Rp 25.000/dokumen

Jadi perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya adalah untuk saat ini tidak lagi diperlukan materai karena sudah pakai sticker resmi dari Kemenkumham. Selain itu, KTP dibutuhkan yang asli karena akan discan oleh petugas sebelum ambil nomor antrian. Map juga tidak harus warna biru, gw bawa map kuning aja diterima. Saat itu juga gw membawakan punya pacar gw untuk legalisir, namun surat kuasanya ternyata tidak perlu ditunjukkan sama skali. Dan lebih uniknya lagi, dokumen asli pun tidak diminta di loket untuk ditunjukkan -_-. Tapi saran gw tetap bawa aja buat jaga-jaga kalo diminta.

Okay, untuk prosesnya, setelah mempersiapkan dokumen di atas, kalian tidak bisa langsung ke kantor Kemenkumham. Kalian harus daftar dulu online di legalisasi.ahu.go.id dan upload semua dokumen yang sudah dipersiapkan tersebut (yang sudah di cap notaris/sworn translator/pejabat kampus). Di website tersebut ada panduan detailnya bagaimana cara upload dan sebagainya, atau kalian download saja di sini Panduan Legalisasi Kemenkumham-AHU Online silakan kalian buka dan baca lebih lanjut ya.

Kemenkumham hanya menerima legalisir apabila dokumen tersebut dicap oleh pejabat yang sudah terdaftar di database mereka (cek di legalisasi.ahu.go.id, atau lihat gambar di bawah). Pejabat yang dimaksud apa saja? Jadi pejabat yang dimaksud adalah Notaris atau Sworn Translator atau pejabat lainnya (misal pejabat kampus, khususnya universitas negeri). Intinya adalah selama dokumen yang kalian upload tersebut ditandatangani langsung oleh pejabat di atas, maka akan diterima oleh Kemenkumham.

cek pejabat

Contoh kasus:

  1. Ijazah gw bilingual (Indonesian-English) yang merupakan terbitan langsung dari kampus dan tidak bisa diterbitkan ulang. Jadi harus difotokopi dan dilegalisir cap basah oleh notaris, karena pejabat di kampus gw ga ada yang terdaftar di Kemenkumham. Nah, notaris gw, Pak Charles Hermawan, SH, sudah terdaftar di database Kemenkumham, jadi punya gw sah apabila sudah ditandatangani beliau.
  2. Sebuah ijazah yang aslinya bahasa Indonesia. Namun kampus bisa diminta request untuk menerbitkan ulang versi Englishnya. Ketika hasil terjemahan kampus sudah keluar, kalian perlu perhatikan apakah dokumen tersebut ditandatangani oleh rektor/pejabat kampus yang terdaftar di Kemenkumham? Jika ya (pejabat kampus yang menandatangi sudah terdaftar di Kemenkumham), maka sah dan boleh upload ke website Kemenkumham. Jika tidak, maka kalian harus legalisir ke notaris yang terdaftar dulu, baik fotokopiannya atau hasil terbitan kampus asli yang English itu (pastikan bisa diterbitkan ulang ya oleh kampus yang versi Englishnya, kalo ga bisa, mending fotokopi aja).
  3. Sebuah ijazah yang aslinya bahasa Indonesia. Kampus tidak bisa menerbitkan yang bahasa Inggris. Yang harus kalian lakukan adalah ke sworn translator yang terdaftar di Kemenkumham untuk diterjemahkan menjadi English. Lalu, apabila sudah diterbitkan versi Englishnya oleh sworn translator tersebut, kalian bisa langsung upload ke website Kemenkumham, atau bisa juga difotokopi seperti yang gw lakukan (karena yang versi Englishnya mau gw simpan dan laminating), namun fotokopiannya harus legalisir ke notaris dulu minta cap basah dan tanda tangan, baru diupload ke website Kemenkumham.

Ketika kalian sudah upload, maka dalam waktu 1-2 hari akan dikabarkan melalui website tersebut apakah diterima atau tidak permohonan legalisir yang kalian ajukan. Jika gagal, akan diberitahu melalui notifikasi mengenai kesalahannya dan akan diminta untuk ajukan permohonan baru (misal: nama notaris tidak terdaftar, solusi: cari notaris yang terdaftar, lalu upload kembali di pengajuan yang baru). Jika berhasil, maka akan muncul kode voucher yang harus dibayarkan (Rp 25.000 per dokumen) dalam jangka waktu 7 hari. Berikut adalah contoh vouchernya:

voucher ahu

Ada beberapa pilihan untuk melakukan pembayaran ini:

  1. Bayar melalui transfer/e-banking/m-banking dari bank BNI
  2. Bayar melalui transfer/e-banking/m-banking dari bank BJB
  3. Bayar melalui teller BNI/BJB yang disediakan di gedung Kemenkumham (Gedung CIK’S) dengan membawa/mencatat kode voucher yang ingin dibayarkan.

Karena gw tidak punya rekening bank BNI atau BJB, gw putuskan untuk mengambil pilihan 3, alias datang ke gedung Kemenkumham dan bayar cash di teller BNI (praktis dan ga ribet, serta ga kena biaya transfer antar bank HAHAHA), dan dilanjutkan dengan proses legalisir.

Jadi pas gw dapat voucher, besoknya langsung meluncur ke Kemenkumham:

Alamat: Gedung CIK’S, Jl. Cikini Raya No.84-86, RT.14/RW.5, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330, Indonesia
Hari Kerja dan Jam Kerja: Senin-Jumat, 08.00-15.00 WIB
Transportasi: Kalo gw dari BSD/Stasiun Rawa Buntu naik kereta sampai Stasiun Tanah Abang, dilanjutkan dengan Grab bike (kurang lebih Grabnya Rp 9.000).

Sesampainya di lokasi, akan dilakukan scan KTP serta pengambilan nomor antrian. Saat itu gw menjelaskan sedikit ke petugas kalau gw belum bayar, jadi diarahkan ke teller bank dulu. Sesampainya di teller bank BNI, gw tinggal kasih 4 kode voucher (untuk ijazah SMA, ijazah S1, transkrip nilai S1, dan akta lahir yang semuanya sudah in English) yang ingin gw bayarkan. Hanya butuh waktu sekitar 5 menit, dan teller bank akan memanggil nama gw, dan akan diberikan bukti pembayaran. Ada bukti pembayaran yang perlu kita berikan ke petugas Kemenkumham (gw lupa warna pink/biru; bagi yang bayar via e-banking, dsb, jangan lupa bawa bukti pembayarannya untuk diberikan ke petugas), dan juga bukti pembayaran untuk kita (warna kuning). Bukti pembayaran yang untuk Kemenkumham langsung saja kita berikan ke petugas Kemenkumham di loket 1 atau 2. Uniknya, gw ga perlu kasih dokumen yang ingin dilegalisir begitu pula dengan nunjukin aslinya (entah petugasnya sudah percaya aja ama keasliannya atau memang tidak berurusan dengan isi dari dokumen). Jadi gw tinggal menunggu nama dipanggil untuk mengambil sticker.

This slideshow requires JavaScript.

Ketika sticker sudah terbit, kita tinggal tempelkan sendiri di sisi kosong dokumen (alias fotokopian yang udah diterjemahkan in English, dan sudah dicap notaris), sebisa mungkin di sisi belakang pojok kiri atas . Pastikan nama notarisnya serta jenis dokumen yang tertera pada sticker (ijazah dan transkrip = dokumen pendidikan, akta lahir = dokumen kependudukan) sesuai dengan dokumennya. Jadi stickernya ini nomornya ga ditentukan kalau nomor A harus dokumen A. Selama sticker dengan nama pejabat (misal notaris) dan jenis dokumennya sesuai dengan dokumen yang ingin dilegalisir, tempel saja. Gw sempat kebingungan karena gw ada 3 dokumen pendidikan yang nama notarisnya sama semua, tapi nomor stickernya beda. Nah kata petugasnya, silakan tempel aja. Nomor di stickernya tidak pengaruh, yang penting nama pejabat dan jenis dokumennya sesuai. Contoh stickernya bisa dilihat di slideshow atas ya.

C. Legalisir di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu)

Setelah legalisir Kemenkumham, maka akan dilanjutkan dengan legalisir di Kemenlu. Sebelumnya, silakan download panduannya di Manual Legalisasi Online – KEMENLU. Jadi untuk legalisir di Kemenlu, harus daftar via Android karena aplikasi daftar Kemenlu nya ada di Play Store, silakan teman-teman baca dulu manual di atas untuk mengetahui aplikasi mana yang digunakan dan proses pengajuannya secara lengkap.

Untuk menghemat waktu, setelah dokumen ditempelkan sticker legalisir AHU/Kemenkumham, silakan upload sisi depan-belakang dokumen, dan yang terpenting foto zoom sticker legalisir Kemenkumhamnya. Setelah berhasil diupload, tunggu beberapa menit (pada jam kerja ya) dan akan muncul approvalnya. Jika gagal, berarti ada kesalahan, akan diberitahu kesalahannya dimana melalui aplikasi. Segera perbaiki dan upload ulang. Jika diterima, kalian akan menerima notifikasi mengenai jumlah yang harus dibayarkan disertai nomor rekening Kemenlu, dan kalian tinggal melakukan pembayaran melalui bank BRI (biaya Rp 25.000/dokumen). Gw sempat problem dengan BCA untuk transfer ke BRI (gagal terus gatau kenapa), pas telpon Kemenkumham disarankan untuk bayar via teller bank BRI terdekat saja. Tapi pacar gw pakai BNI berhasil, jadi jangan panik juga kalau gagal terus. Lakukan pembayaran secepatnya (kalau bisa masih dalam jam 16.00 WIB), dan tunggu konfirmasi dari aplikasi tersebut. Kalau pembayaran sudah diterima, kalian akan menerima notifikasi bahwa sticker legalisir Kemenlu bisa diambil besok pada jam sekian. Silakan kalian datang ke Kementerian Luar Negeri dan bawa dokumen yang diperlukan. Dokumen yang diperlukan adalah:

– dokumen yang sudah dilegalisir oleh Kemenkumham
– dokumen asli (gw sarankan bawa saja, walau kenyataannya tidak dibutuhkan)
– KTP asli untuk ditunjukkan ke satpam
– map (ada yang bilang harus kuning, tapi ada yang ga kuning waktu itu tetap diterima)
– surat kuasa (jika dititipkan ke orang lain), namun kenyataannya tidak ditunjukkan juga.
– Notifikasi dari aplikasi yang menyatakan kalau pembayaran sudah berhasil

Untuk jam buka legalisir Kemenlu dapat dilihat di slideshow ya:

This slideshow requires JavaScript.

Sesampainya di Kemenlu, silakan tunjukkan KTP dan jelaskan maksud tujuan kedatangan kita ke satpam. Satpam akan memberikan nomor antrian untuk legalisir. Kita tinggal menunggu, dan apabila sudah dipanggil, silakan menuju loket 4 untuk memberikan dokumen yang ingin dilegalisir (alias dokumen yang sudah di legalisir sampai di Kemenkumham). Setelah kurang lebih 15 menit, dokumen kita akan diberikan kembali oleh petugas, dan stickernya sudah ditempelkan oleh petugas. Berikut adalah contoh dokumen ijazah SMA yang sudah dilegalisir Kemenkumham dan Kemenlu:

D. Legalisir di Kedutaan Besar Polandia

Setelah legalisir di Kemenlu, barulah kita bisa legalisir di Kedutaan Besar Polandia (atau kedutaan besar lainnya, tergantung negara tujuan studi kalian). Prosesnya sederhana, cukup datang ke bagian konsuler di Kedutaan Besar Polandia di Jakarta:

Alamat: Jl. HR Rasuna Said Kav X Blok IV No. 3 Kuningan Timur, Jakarta Selatan.
Jam Layanan: Selasa (12.00-15.00 WIB), Kamis dan Jumat (09.00-12.00 WIB)
Transportasi: Busway terdekat adalah Patra Kuningan.

This slideshow requires JavaScript.

Dokumen yang perlu dipersiapkan adalah
– dokumen yang sudah dilegalisir hingga tahap Kemenlu
– dokumen asli (bawa aja jaga-jaga, walau nyatanya ga perlu)
– fotokopi identitas (KTP/Paspor)
– surat kuasa (jika dititipkan ke orang lain), walau nyatanya tidak ditunjukkan juga ke petugas
– Biaya Rp 480.000/dokumen (khusus penerima beasiswa Ignacy Lukasiewicz, dapat diskon 50% jadi Rp 240.000/dokumen dengan memberikan surat permohonan diskon).

Proses legalisir berlangsung selama beberapa hari, tunggu ditelpon oleh pihak kedubes (atau kita telepon sendiri ke kedubesnya di nomor +62 21 2525938 untuk memastikan apakah sudah selesai apa belum legalisirnya. Tidak ada tanda terima saat gw mengajukan permohonan legalisir tersebut. Punya gw selesai dalam 7 hari kerja. Berikut adalah salah satu contoh hasil legalisir Kedubes Polandia (dokumen ijazah S1) di Jakarta:

This slideshow requires JavaScript.

Dengan demikian, dalam 1 dokumen, terdapat cap basah legalisir dari kampus (optional), cap basah dari notaris, sticker legalisir Kemenkumham, sticker legalisir Kemenlu, dan cap basah Kedutaan Besar.

Sekian informasi yang bisa gw berikan, nantikan postingan blog-blog gw selanjutnya ya. Semoga bermanfaat!!! 🙂